KARATERISTIK MEDIA INFORMASI (BAHAN PUSTAKA)


BAB I
LATAR BELAKANG

a.    Latar belakang masalah
Perkembangan kertas atau dikenal sebagai papyhrus sudah dikenal dalam tiga masa priode. Yaitu pada zaman sebelum mengenal kertas, masa kertas dan masa sesudah ada kertas. Dalam perkembangan berawal pada saat manusia menemukan cara pembuatan kertas dari bahan-bhan tertentu. Seperti, kulit domba,rumput hijau yang dikeringkan, palepah-palepah kayu,dan berbagai jenis lainnya.
Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papyrus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir Kuno pada masa bangsa firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.
Penemuan kertaspun terus terjadi dan semakin berkembang pada abab 751 M, yaitu sampai ke cina, dan dikembangkan sehingga jumlah kertas tercetak sangatlah banyak. Hingga abab pertengahan, kertas terus mennjadi bahan perekonomian masyarakat, dan juga berfungsi sebagai alat tulis menulis,sehinnga masyarakat dapat melihat hasil tulisan dari jumlah kertas yang telah di cetak.
            Saat ini, dunia kertas tak lagi asing ditelinga masyarakat. Karena percetakan semakin luas. Namun, dengan adanya kertas yang dijadikan sebagai media informasi bahan pustaka  menyorotkan masyarakat peka terhadap informasi yang dibutuhkan.


BAB II
KARATERISTIK MEDIA INFORMASI (BAHAN PUSTAKA)

a.      Masa Pra Kertas
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis banyak hal.
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada masa lamp’au.
Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papyrus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir Kuno pada masa bangsa firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.
Tercatat dalam sejarah adalah peradaban China yang menyumbangkan kertas bagi Dunia. Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatankertas kepada orang-orang Arab sehingga dizaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.
Di tahun 1799, seorang Prancis bernama Nicholas Louis Robert menemukan proses untuk membuat lembaran-lembaran kertas dalam satu wire screenyang bergerak, dengan melalui perbaikan-perbaikan alat ini kini dikenalsebagai mesin Fourdrinier. Penemuan mesin silinder oleh John Dickinson di tahun 1809 telah menyebabkan meningkatnya penggunaan mesin Fourdrinier dalam pembuatan kertas-kertas tipis. Tahun 1826, steam cylinder untuk pertama kalinya digunakan dalam pengeringan dan pada tahun 1927 Amerika Serikat mulai menggunakan mesin Fourdrinier.
Peningkatan produksi oleh mesin Fourdrinier dan mesin silinder telahmenyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan baku kain bekas yang makin lama makin berkurang. Tahun 1814, Friedrich Gottlob Keller menemukan proses mekanik pembuatan pulp dari kayu, tapi kualitas kertas yang dihasilkan masih rendah. Sekitar tahun 1853-1854, Charles Watt dan Hugh Burgess mengembangkan pembuatan kertas dengan menggunakan proses soda. Tahun 1857, seorang kimiawan dari Amerika bernama Benjamin Chew Tilghman mendapatkan British Patent untuk proses sulfit. Pulp yang dihasilkan dari proses sulfit ini bagus dan siap diputihkan. Proses kraft dihasilkan dari eksperimen dasar oleh Carl Dahl pada tahun 1884 di Danzig. Proses ini biasa disebut proses sulfat, karena Na2SO4 digunakan sebagai make-up kimia untuk sisa larutan pemasak.

Penggunaan kertas meluas di seluruh Cina pada abad ke-2, dan dalam beberapa abad saja Cina sudah sanggup mengekspor kertas ke negara-negara Asia. Lama sekali Cina merahasiakan cara pembikinan kertas ini. Di tahun 751, apa lacur, beberapa tenaga ahli pembikin kertas tertawan oleh orang-orang Arab sehingga dalam tempo singkat kertas sudah diprodusir di Bagdad dan Sarmarkand. Teknik pembikinan kertas menyebar ke seluruh dunia Arab dan baru di abad ke-12 orang-orang Eropa belajar teknik ini. Sesudah itulah pemakaian kertas mulai berkembang luas dan sesudah Gutenberg menemukan mesin cetak modern, kertas menggantikan kedudukan kulit kambing sebagai sarana tulis-menulis di Barat.
b.      Pada masa kertas
            Pada masa kertas media informasi bahan perpustakaan sudah mulai berkembang dibandingkan dengan masa pra kertas. Para pendiri-pendiri besar mengumpulkan bahan kerta yang masih mentah menjadi lebih modern. Dengan menggunakan mesin kincir maka kertas sudah jadi berbentuk warna putih dan coklat muda berbentuk palepah-palepah dari kulit kayu.
            Kertas itu dikumpulkan disebuah gudang perpustakaan umum, dan dikelola menjadi hasil tulisan seperti buku-buku pada saat itu, sehinngga perpustakaan umum pada abab pertengahan ini menjadi sumber bacaan bagi masyarakat uas.
            Setelah selesai fase pembuatan kertas yaitu pada 751 M, Hingga pada tahun 123 H/750 M. yaitu dikenal sebagai peradaban keemasan pada maasa dinasti abbasyiah. Pada masa itu, bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas, setelah gerakan penerjemahan, dumualai dengan tugas menganalisis dan menyebarkan pengetahuan ke negri lainnya.
            Seiring dengan perkembangan berbagai cabang ilmu pengetahuandan uncunya karya tulis para sarjana, berkembang pula produksi kertas yang tersebar luas di seluruh wilayah islam. Hal ini kemudian memberikan dorongan besar tiddak saja bagi gerakan penulis,penerjemahan dan pengajaran, akan tetapi juga berpengaruh pada gerakan pengumpulan naskah-naskah.
            Dengan adanya kertas-kertas, maka perpustakaan umum,khusus,dan perpustakaan pribadi dapat menulis dengan tujuan memperbanyak jumlah koleksi di berbagai perpustakaan. Baik bernuansa agama atau umum. Perpustakaan umu yang sangat terkenal pada masa itu adalah perpustakaan bayt al- Hikmah pada masa kepemimpinan Al-Makmun, seluruh media informasi terdapat di perpustakaan tersebut. Kemudian banyak lagi perpustakaan lainnya. Seperti, perpustakaan di Madrasah Nizawimiyah di Baghdad, yang mempunyai 6000 judul buku.
            Di bawah bangsa abbasiyah,bagdad bersaing dengan konstantinopel sebagai pusat budaya. Berbagai sumber mengungkapkan  bahwa di kota Baghdad terdapat ratusan took buku. Kemudian orang arab berhasil mengetahui rahasia pembuatan kertas.pada abad kedelapan, Baghdad berhail membuat pabrik kertas, paadahal eropa masih berkutat dengan papyrus dan paarchnen. Orang-orang muslim menguasai teknik pembuatan kertas selama hampir 500 tahun sebelum orang-orang eropa mengetahuinya. Teknik pembuatan kertas disebarkan keberbagai penjuru kerajaan. Karena kertas mudah dibuat, jumlahnya banyak, mudah ditulis, maka produksi buku meningkat dan secara tidak langsung perpustakaan mulai tumbuh.
c.       Masa Sesudah Kertas
Masa sesudah kertas banyak di kenal sebagai zaman modern. Dimana, perkebangan dunia kertas sudah mulai membesar keberbagai penjuru dunia,. Khususnya di Negara-negara yang mempunyai kualitas pendidikan lebih tinggi.. Didalam sebuah gedung perpustakaan media informasi sudah mulai berubah dari bentuk manual menjadi ke system digitalisasi. Yaitu berupa non-buku yang juga disebut sebagai bahan audiovisual, media teknologi, dan alat-alat lainnya.

Contoh rekaman suara (pmiringan hitam,radio, dll) ada juga berbentuk video seperti mikroflm,manuskrip dan sebagainya.
Perkembangan media informasi tidak hanya didapatkan didalam sebuah buku. Akan tetapi, banyak user yang memperoleh informasi dari teknologi seperti computer, internet dan melalui e-book (buku elektronik).


KESIMPULAN
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis banyak hal.
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada masa lamp’au.
Pada masa kertas media informasi bahan perpustakaan sudah mulai berkembang dibandingkan dengan masa pra kertas. Para pendiri-pendiri besar mengumpulkan bahan kerta yang masih mentah menjadi lebih modern. Dengan menggunakan mesin kincir maka kertas sudah jadi berbentuk warna putih dan coklat muda berbentuk palepah-palepah dari kulit kayu.



 DAFTAR PUSTAKA

Suwito,Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana,2005
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:GrapindoPersada,2005
Musryfah Sunanto, Sejarah Islam Klasik.Bogor:Kencana,2003
lestarih.wordpress.com
l/http://pustaka.uns,news@option.com
http://www.lenterahati.comserba-serbi-kertas
Sulistiyo Basuki.Pengantar Ilmu Perpustakaan.Jakarta: Universitaas Terbuka, Depdikbud, 1993











  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

tugas dan fungsi bank indonesia dalam perekonomian nasional

PENDAHULUAN
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang  membantu pemerintah dalam pertumbuhan perekonomian nasional sangat dianggap signifikan bagi kalangan masyarakat luas. Dalam hal tersebut Bank Indonesia mempunyai tujuan, fungsi dan tugas masing-masing dalam memelihara kestabilan nilai rupiah. Bank Indonesia yang di kenal  sebagai Bank Sentral yang selama ini merupakan bagian dari struktur organisasi pemerintah yang independen secara konsekuen salah satu sebagai terobosan dalam upaya pemulihan ekonomi di Indonesia. Oleh karena itu, penting memiliki sebuah bang sentral yang independen dalam pengolahan uang Negara, didalam system perekonmian, termasuk sitem prekonomian Indonesia.
LATAR BELAKANG
Bank Indonesia (BI), Sebagai bank sentral, tentu saja masuk ke dalam bagian terpenting dari organ akan  yang secara politik dan ekonomi semakin menguat itu. Pentingnya posisi bank sentral tersebut sangat erat kaitannya dengan inplikasi politik dari kehancuran system moneter yang dialami di masa pemerintahan sebelumnya. Untuk mengatasi tingginya tingkat inflasi akibat kebijakan ekpansif penawaran uang memerlukan tindakan-tindakan ketat  untuk mendisipinkan sector moneter. Sejak kehadiran UU No.13 Tahu 1968 yang telah mengeluarkan berbagai momentum yang bercabang ganda, disatu pihak eksistensi kelembagaan bank Indonesia sebagai penjaga stabilitas keuangan dan bebagai fungsi bank sentral modern lainnya telah dikembalikan.
Dua alas an mengapa bank sentral harus bebas dari intervensi dari manapun
Pertama, terdapat kecendrungan peerintah dan kalangan politisi untuk mendorong tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam waktu singkat tanpa memperhitungkan secara matang kapasitas ekonomi yang ada sehingga dapat menimbulkan Overheatin. Kedua, terdapatnya kecendrungan pemerintah untuk mngutamakan dana bank sentral guna memenuhi biaya deficit anggran bila tidak ada aturan yang nelarangnya. Dengan terjadinya permaslahan tersebut, maka penulis ingin mengutarakan peran Bank Indonesia bg pertumbuhan ekonomi Nasional.
TUJUAN
UU.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia secara tegas memberikan landasan mencapai  target yang ditetapkan, yaitu mememlihara kestabilan nilai rupiah juga menggunakan berbagai instrument kebijakan. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud ialah  kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang diukur berdasar kan atau cerminan pada perkembangan laju inflasi, serta terhadap perkembangan  mata uang asing yang diukur berdasarkan pada perkwembangan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap mata uang Negara lain.
Diketahuan bahwa dibeberapa Negara lain, pengendalian inflasi sebagai sasaran akhir  oleh Bank Indonesia dengan beberapa pertimbangan pertama, bukti empiris bahwa dalam jangka panjang kebijakan moneter hanya dapat memengaruhi tingkat inflasi dan tidak dan.dapat memperngaruhi vinansial riil seperti pertumbuhan ekonomi atau tingkat pengangguran.kedua, pencapaian inflasi yang rendah merupakan prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan karean perekonomian tidak dipacu untuk tumbuh melebihi kapasitasnya. Ketiga, dengan ditetapkannya inflasi sebagai sassaran tuggal, sasaran tersebut akan menjadi acuan ddalam perumusan kebijakan moneter. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia lebih transparan dan mudah diukur.
Penerapan tujuan tunggal tersebut menjadikan Bank Indonesia sebagai Tanggung Jawab yang besar terhadap permintaaan dan penawaran Agregat. Maka menjadi tujuan focus utama yaitu  mengarahkan kebijakan ekonomi masyarakat, baik internal maupun eksternal.





Fungsi Bank Indonesia
Fungsi pokok utama bank ada tiga yaitu (1) menghimpun dana dari masyarakat, (2) menanamkan dana yang dikelola kedalam berbagai aset produktif, misalnya dalam bentuk kredit, dan (3) memberikan jasa layanan lalu-lintas pembayaran dan jasa layanan perbankan lainnya.
Dengan fungsi itu, bank berperan sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan dua pihak yang berbeda kepentinganya. Baik dalam penghimpunan dan penanaman dana, maupun dalam pelayanan transaksi keuangan dan lalu-lintas pembayaran 
Tugas Bank Indonesia
Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan , maka tugas  Bank Indonesia meliputi tiga hal
1.      Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Dalam hal ini, Bank Indonesia di beri kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi serta melakukan pengendalian jumlH Ung beredar dengan menggunakan berbagia intrumen kebijakan moneter.
2.      Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran
Dengan menerapkan system pembayaran yang lancar dan aman merupakan salah satu prsayarat dalam keberhaasilan pencapaian  tujuan kebijakan moneter. Sehubungan dengan hal tersebut Bank Indonesia mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran melalui system kewenangan dalam 1. Menetapkan penggunaaan alat pembayaran.2 mengaturan penyelenggaraan jasa system pembayaran.
3.      Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank
Tugas mengatur dan mengawasi bank merupakan salah satu tugas yang  penting khususnya dalam rangka menciptakan system perbankan yang pada akhirnya ddapat mendorong efektivitas kebijkan moneter. Perbankan selain menjalankan fungsi intermediasi, juga berfungsi sebagai media tranmisi kebijakan moneter serta pelayan jasa system pembayaran.

Hubungan Bank Indonesia
Bank Indonesia menjalin hubunga kerja sama dengan lembaga –lembaga lnternasional, hal ini di perlukan untuk menunjanng kelancaran  Bank Indonesia  maupun pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi, moneter maupun perbankan.

Keanggotaan Bank Indonesia di beberapa lembaga Dn forum internasional atas nama Bnak Indonesia antara lain sebagai bberikut.
1.      The South East Central Banks Research and Training Center  (SEACEN Centre) (1982,12 bank sentral)
SEACEN Centre merupakan pusat penelitian dan pelatihan bagi pegawai bank sentral yang menjadi anggota bagi kawasan asia tenggra di bidang keuangan, moneter, perbankan,  kebansentralan, dan ekonomi pembangunan.
2.      The South East Asian, New Zeland and Australia Forum of Banking supervisor (SEANZA) (1957,20 bank sentral)
SEANZA di bentuk untuk membantu mengatasi masalah keterbatasan SDM yang professional dan berpengalaman, khususnya pada tigkat menajerial menegah ke atas, yang dihadapi bank sk
entral negar-negara di kawasan asia pasif
3.      The Executive Meeting of East Asian and Pasifik central bank( EMEAP)
EMEAP merupakan kerja sama bank sentral dan otoritas moneter di kawasan asia dan pasifik yang berujuan untuk mempererat hubungan kerja sama sesame anggotanya. Kerja sama ini dilakukan dalam bentuk government meeting.
4.      ASEAN Central bank forum
ACBF dibentuk dengan tujuan mengevaluasi perekonomian dan resiko keuangan yang mungkin timbul dengan menekankan pada polcy option dan inplikasinya. Serta mendorong dilakukannya langkah awal untuk memeinimkan resiko tersebut dengan bantuan dari beberapa lembaga multilateral baik di tingkat regional maupun interbasional
5.      Bank for internasional settlement (BIS)
Bis Merupakan kera sama keuangan dan moneter internasional sebagai lembaga yang memainkan peran penting dalam menyediakan jasa keuangan dalam pengelolaan devisa,menjaddi pusat riset ekonomi dan moneter, memberkan konriibusi dann memahami pasar  keuangan internasional, ddan sebagai forum pembahasan hasil riset moneter dan perbankan.


                                                                         KESIMPULAN

Fungsi dan peran bank Indonesia memiliki kedudukan yang tinggi dan strategis dalam mewujudkan sistem perbankan yang sehat bagi Negara Indonesia.pelaksanaan fungsi  dan peran pengawasan bank Indonesia mencerminkan kepedulian dan kepentingan bagi setiap Negara dan pemerintah, karena keamanan dan kestabilan sistem bank Indonesia penting bagi kestabilan perekonomian Negara.

Oleh karena itu, pemerintah memilki tanggun jawab moral dan sosial untuk mengambila langkah pengamanan, bila terjadi kegoncangan atau krisis perbankan yang tidak dapat diatasi berdasarkan prinsip dan mekanisme pengawasan bank yang telah di tetapkan.

Bank Indonesia bila dibandingkan dengan bank-bank di Negara lain tentu lebih distintif, dalam arti masih bersifat elementer. Jika basis atau pondasi “politik bank sentral” Negara-negara lain telah bergerak ke tingkat lebih konseptual, yaitu telah sampai pada satu taraf dimanan pertarungan pertarungan menentukan kebijakan ekonomi dan moneter national.
Karena itu, kelangsungan hidup indenpendensi bank sentral di Indonesia, sebagai mana yang terjadi pada pemerintahan yang lalu, tidaklah mengantung pada  pada lembag-lembaga politik melainkan pada keteguhan hati di tingkat individual.


                                                           DARTAR PUSTAKA

Ali Fachry,Politik Bank Sentral,Jakarta: Lspeu Indonesia,2003
Gandapradja Permadi, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank,Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2004
Rivai Veithzal, Bank and Financial Unditetion Management, Jakarta: PT Grapindo Persada,2007
Dwijandono J.Soedradjad, Mengelola Bank Indonesia dalam Masa Krisis. Jakarta: LP3ES, 2001






















  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Istana Maimoon, Sebuah Warisan yang Harus Dipelihara


Istana Maimoon,
Sebuah Warisan yang Harus Dipelihara

Bangunan itu terlihat masih kokoh. Berwarna kuning dengan ornamen khas Melayu. Terletak di tengah-tengah padatnya Kota Medan, dan sudah lebih dari se-abad menjadi saksi sejarah kota itu.

Memasuki pekarangannya yang luas dan melihat bangunan itu dari dekat membuat setiap orang merasakan Medan adalah tanah Melayu, bukan tanah Batak—seperti yang selama ini menjadi anggapan banyak orang di luar Sumatera Utara. Nuansa melayu berbalut warna kuning yang khas, diselingi ukiran berwarna hijau,  menunjukkan kentalnya budaya Muslim yang dianut para sultan kala itu.

Istana Maimoon, begitu bangunan itu diberi nama. Istana ini adalah salah satu warisan Kesultanan Deli. Berdiri di atas sebidang tanah berukuran 217 x 200 meter dan dikelilingi pagar besi setinggi satu meter dan menghadap ke timur. Dengan luas 2.772 meter, bangunan itu terbagi atas tiga bagian, bangunan induk, sayap kiri dan sayap kanan.

Bangunan ini bertingkat dua, ditopang 84 tiang batu dan 43 tiang kayu dengan lengkungan-lengkungan yang berbentuk limas perahu terbalik dan ladam kuda. Atapnya berbentuk limas dan kubah, sedangkan dari segi bahannya ada atap sirap dan tembaga.

Memasuki istana, wajah anak kecil begitu indah menghiasi ruangan. Dalam sebuah figura, anak kecil itu terlihat gagah dibalut teluk belanga—busana kebanggaan masyarakat melayu. Ternyata wajah kecil itu adalah seorang sultan, sultan termuda dalam sejarah panjang kerajaan deli. Ya, usianya hanya 12 tahun. “Sultan ke -14,” ujar Wandi, seorang pemandu wisata. Sultan yang memiliki nama Mahmud Arya Lamantjiji Perkasa Alam itu kini tinggal di Makassar.

Kini, warisan Kesultanan Deli itu sudah 120 tahun menjadi saksi hiruk pikuk Kota Medan. Tak sah jika ke Medan sebelum berkunjung ke istana ini. Ditinjau dari sudut arkeologi maupun arsitekturnya, Istana Maimoon termasuk salah satu diantara monumen yang harus dilindungi, dipelihara dan jika mungkin untuk dilestarikan agar generasi penerus tidak kehilangan data dalam merekonstruksi masa lampaunya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

“Kehidupan”di Pulau Samosir


“Kehidupan”di Pulau Samosir
            Memasuki kawasan daerah pulau Sumatera (Medan), tepatnya di kota perapat, dua Bus Wisata antar Medan di parkir di dataran tinggi kawasan Danau Toba. Dua Bus tersebut adalah grup ALMAMATER (Ajang Pelatihan Pers Mahasiswa Nasional Teropong). Di temani oleh panitia acara, dan juga FORMAT (Forum Alumni Teropong).
Beragam corak kebudayaan di sekeliling Kota perapat tersebut. Rumah adat  Batak yang di depannya tertulis lima hurup “HORAS”  yang menempel di daerah arsiran kayu di atas atapnya. Atapnya terbuat dari Ijuk ( seperti sapu ijuk) berwarna hitam. Makna horas berarti salam bagi mereka, untuk menyambut para tamu dari luar,,kata-kata itulah yang mereka sebutkan dengan nada yang sedikit tinggi. Awalnya, Medan banyak di huni oleh orang-orang melayu, namun karena banyaknya pengunjung ke daerah tersebut ditutupi oleh orang Batak, dari marga yang berbeda-beda. Batak Sitinjak, Siregar, Hasibuan, Nasution,  dan juga Batak bermarga Gultom. Tampak  hotel berkelas di sana, akan tetapi, tak ada satu hotelpun yang tak berlambangkan Salib. Mulai dari daerah paling ujung kulon, sampai dengan di pinggir –pinggir danau Toba tersebut.
Jam masih menunjukkan pagi hari, di  sebuah persimpangan lima kota perapat, aku menatap kearah ruas kiri sebelah jalan besar, terlihat beberapa lukisan gadis Berselendang Melayu di ruas tembok semen menuju Danau.” Lukisan itu bermakna bagi warga Batak yang mengenang sejarah orang melayu.” 
Hatipun terasa lebih tenang, ketika aku menatap bangunan Mesjid yang tidak terlalu besar, “disini banyak penduduk non-islam, kalau Mesjid bagi kaum Muslim bisa di hitung,” ujar wandes salah seoran asli batak medan.
Jam menunjukkan pukul 10:00 Wib. Aku brangkat dengan kapal feri mini, yang memuat penumpang 80- 100 orang penumpang, hanya satu jam menempuh pulau samosir, di sepanjang perjalanan, laki laki bertubuh kecil, berkulit saoh matang, dengan gaya rambut jikrak ke atas terlihat berkilau minyak tanco di kepalanya, wajahnya yang masih belia berceria menyanyikan lagu senandung bercorak  Melayu campur batak. Mencoba menghibur para penumpang dengan cara mengamen, banyak yang tidakku mengerti dari arti lagu yang ia bawakan, suara merdunyalah yang menenangkan pikiran para  penumpang untuk mendalami arti sebuah irama lagu tersebut.
            Tiba di sebuah Pulau Samosir, penumpang turun memasuki kawasan pasar baju, serta pernak pernik, perhiasan,  dan busana  batik yang bermotif khas batak  tampak jelas budaya pulau somosir. Kain batik terlihat, suasana memang berdesakan, karena banyak pengunjung dari Negara Asing saat memasuki kawasan tersebut. Mulai dari turki, china, inggris, dan juga warga medan itu sendiri, berbusana layaknya di Negeri bebas Syari’at.  Yang bermayoritas non-muslim banyak disana,  hanya sebagian kecil yang muslim, itupun sulit ditemukan.
“baju, murah-murah kak…mampir..lihat dulu,,bagus motifnya” kiri kanan memanggilku mencoba menawarkan dagangannya.
“ tujuh puluh ribu saja…gak mahal kok, ini baru harga buka,,bisa di tawar lagi” tambahnya lagi, ngerocos. Tetap saja takku hampiri.
nukilan yang terbuat dari kayu, berbentuk rumah adat, dan beragam jenis lainnya yang bercorak khas pakaian batak tersedia disana. Tapi untuk  para pengunjung  baru datang tak jarang para pedagang menawar spontan dengan harga yang lebih tinggi.
“ disini, kita harus bergaya bahasa batak, agar tidak dianggap pengunjung yang baru datang” kata amol sambil bercerita banyak tentang budaya samosir.
***
            Selain itu, kehidupan di tanah bermayoritas non-muslim, di pulau samosir medan itu, aku menatap ke arah sebelah kiri, memasuki lorong-lorong pedagang penjual shal ( jenis sal yang biasa di ikat di leher). Tak jauh dari pasar samosir, hanya seratus meter perjalanan yang harus ditempuh , bangunan rumah adat tersusun rapi, bagian depannya terlihat gaya arsitektur berukiran kayu, dengan cat berwarna hitam dan putih, warna coklat yang didominasi dengan kuning, tampak jelas corak budaya batak samosir.
            Bagian bawah, bangunan kuburan atau di sebut makam para raja-raja( raja bagi orang samosir  terlihat lebih besar, dibandingkan dengan ukuran rumah adat tersebut. Dengan lambang patung di bagian atasnya, dan dikelilingi oleh beberapa kepala manusia, namun telah di jadikan ukiran berbentuk patung, guna mengawali para sang raja tersebut.
“Kepala-kepala patung itu, adalah manusia yang tertangkap pada masa peperangan tempo dulu, kemudian raja memotong kepalanya, sebagai tebusan atas kesalahan yang mereka perbuat”  laki-laki penjaga kuburan sang raja itu, mengisahkan cerita singkatnya kepada para pengunjung.
“ ceritanya panjang, jika kalian mau mendengarkan lebih lanjut, saya akan berbagi cerita tentang makam sang raja” certusnya , seraya ingin berkisah lebih banyak lagi tentang budaya yang ada di pulau samosir.
“ terima kasih, tapi kami harus pergi” ujar Daniel salah satu grup kami dalam arena kunjungan ke makam tersebut.
“raja yang paling besar, terletak sejauh lima puluh meter dari sini,” tambahnya lagi. Tak banyak ia mengisahkan, aku langsung meninggalkan tempat tersebut.
Saat memasuki makam raja paling besar. “ ayo masuk..ayo masuk” kata penjaga,  sambil mengenakan selendang berwarna abu tua berdominasi garis arsiran merah, kepada setiap pengunjung yang ingin memasuki kawasan kuburan itu.
            Wajah Indonesia, jawa,  batak,  bercampur asing duduk berdamping di atas kursi-kursi yang telah di sediakan. Menatap penjaga kuburan berkisahkan tentang sang raja kaum mereka.
            Matahari tepat berada di atas kepala. Waktuya ibadah shalat dzuhur bagi peserta yang beragama islam. Namun, sulit mendapatkan mesjid, terpaksa harus kembali dulu sampai ke kota perapat. Para peserta ALMAMATER menaiki  kapal feri mini satu persatu dengan membawa barang-barang yang telah di beli di kawasan pasar baju pulau samosir.
“ banyak ya oleh –olehnya” kata amin kelahiran di kota riau.
“Aku hanya tersenyum”.  meskipun isi dari tas ranselku bukan barang-barang dari pulau samosir, melainkan pakaian yang telah ada sebelum berangkat ke pulau tersebut.
            Peserta dari Palembang, lampung, Universitas Gajah Mada (UGM) Jogyakarta, solo, dan dari seluruh universitas Indonesia lainnya, bersuka ria saetelah kembali dari pulau samosir itu. Meskipun wajah terlihat pucat karena belum makan siang, mereka tetap menampakkan wajah ceria mereka.
Setelah tiba, tepat di pantai perapat. Empat tikar yang terbuat dari rotan, telah disediakan di atas tanah, pantainya yang tak luas, hanya saja ditutupi dengan atap rumah yang terpampang  seng.  Dari pantai, aku menatap kearah nan jauh,,, hanya tanda Salib yang terlihat jelas di balik danau toba tersebut.
“ sambil menunggu nasi bungkus, peserta diizinkan mandi di danau itu”
Meskipun lama, aku tetap ingin menunggu nasi yang telah di pesan di warung pantai perapat. Beberapa bungkus nasi telah datang, sebahagian para peserta  ALMAMATER mengambil dan memakannya dengan lahab.
“ enak.,,ga nasinya” kataku  kepada ella yang telah memakan nasi bungkusan tersebut “ enak tak enak yang penting makan,,, lagian kan uda hampir  jam empat, tapi kita belum pernah makan” katanya sambil melahab sesuap nasi yang berisi menu alakadarnya.
Menunya terlihat sederhana, ayam bercampur buncis di tambah dengan bumbu kacang, sebelumnya aku tak pernah memakan masakan seperti itu,hanya menatap beberapa bungkusan nasi, sama sekali tak menyentuhnya. Meskipun perutku mulai terasa perih, hatiku tak ingin melahab masakan yang di masak oleh kaum yang mayoritasnya non-muslim tersebut. (didalam masak-memasak, biasanya islam dan non-muslim harus diasingkan, karena menganut kepercayaan masing-masing).
“kok tidak dimakan, nasinya” Tanya fitri panitia ajang pelatihan pers mahasiswa nasional teropong itu kepadaku.
“sudah terlalu kenyang, makan pop mie “ kataku menjelaskan, meskipun tak jujur, aku tetap menjaga budaya orang batak di kota perapat tersebut ,kawasan pulau samosir.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

“perempuan Aceh, belum siap ke panggung politik”


“perempuan Aceh, belum siap ke panggung politik”
Rumah yang berwarna coklat muda, dengan pagar bercat orange. Di teras rumah bagian depan, tertata sebuah bunga anggrek yang berwarna ungu bercampur putih yang bergantung di pohon Valem. Di sampingnya, terlihat satu mobil Avanza berwarna hitam dan satu sepeda Motor di dalam garasi yang sedikit terbuka.
Saat memasuki rumah itu, dinding-dindingnya terlihat bersih dihiasi dengan beberapa jenis foto-foto keluarga, dan lukisan mesjid di negeri Mekkah.
Lantai rumahnya memakai keramik berwarna putih. Di sebelah kanan dari pintu masuk, langsung terlihat sofa berwarna coklat tua.
  Hanya dengan sebuah senyuman, itulah awal sambutannya  ketika aku menghampirinya dari kantor LKBN ANTARA (sebuah kantor berita Nasional Indonesia) menuju desa Lampriet kecamatan Syiah Kuala kota Banda Aceh. Padahal sebelumnya kami tidak saling kenal.
“ Lelisma Sofiyati”, ucapnya sambil menjabat tanganku. Dan mempersilahkan aku duduk di sofa rumahnya. Parasnya berbentuk oval, berkulit putih, dan terlihat sedikit keturunan Mata cina. Sesuai dengan baju yang ia kenai saat itu.
Namanya tak asing lagi bagiku. Ia adalah seorang aktivis perempuan Aceh. Dan juga pernah berkecimpung sebagai ketua Divisi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Aceh mulai dari tahun 2002. Lelisma Sofiyati juga ikut membangun Organisasi BIRO pemberdayaan perempuan sampai tahun 2007.
 Berbagai upaya telah ia lakukan khusus bagi perempuan Aceh semasih menjabat sebagai ketua pemberdayaan perempuan.
Salah-satunya memberikan kontribusi tentang pelatihan kepemimpinan,  memberikan peralatan kerja bagi para petani, dan juga mengajarkan berbagi faham Agama bagi kaum perempuan. Serta kontribisi PPT( pusat pelayana terpadu) yang bertepatan di BayangKara.  “ Semua ini karena adanya kerja sama antar LSM lain, dan kaitannya dengan  BIRO pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak di Aceh” ujarnya.
“ Dulu saya pernah ditawarkan oleh wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar, sebagai perwakilan Perempuan di salah satu partai local Aceh. Namun, saya masih mempertimbangkan tawaran tersebut. Berhalangan saya mempunyai keluarga dan dua anak, tentu harus mendapat persetujuan dari suami saya, tak lama kemudian saya tolak tawaran tersebut. Tak ada izin dari suami saya” tambahnya, sambil menelan seteguk sirup yang di amabil dari atas meja.
Kasusnya adalah sejak pemilu tahun 2009 lalu, hanya 30 persen  perempuan duduk di perlemen .semua itu karena para perempuan yang mempunyai intelektual atau para aktivis perempuan lainnya belum siap untuk menduduki Kursi DPRA. Hal tersebut membuat perempuan menjadi tersudutkan, dengan statement bahwa perempuan bukan untuk memimpin Negara, tapi hanya sebagi pekerja rumah tangga saja.
“ ketika saya bergabung dalam pemberdayaan perempuan Aceh, saya mencoba memperjuangkan nama baik perempuan Aceh, menyangkut permasalahan  gender, saat-saat diskusi mengenai pembagian peran antara laki-laki dan perempuan, siapa  yang menduga, ada salah satu dari forum mengatakan di dihadapan semua undangan, “bunuh saja laki-laki, jika memang harus perempuan” tegas seorang laki-laki bagian dari dalam forum diskusi terserbut. Para hadirin tertawa. Menggap kata-kata tersebut terlalu Aneh untuk di ucapkan. Jika masih ada laki-laki mengapa harus perempuan?”cerita  Lelisma dengan sedikit terlihat dari raut wajanya yang geram terhadap pernyataan tersebut.

Pasca Rekontruksi Aceh, banyak  masyarakat yang masih hidup susah, terutama para janda korban konflik dan korban tsunami tahun 2004 lalu. Anak-Anak di terlantarkan, Adanya terjadi perebutan Harta warisan, dan banyak lagi yang tidak diketahui di dalam masyarakat. Karena belum ada pendataan khusus bagi para korban konflik, hanya ada sebahagiannya saja.
‘saat saya berada dilapangan Pasca Tsunami, hari itu melakukan kunjungan dalam rangka melihat situasi dan kondisi rumah korban Tsunami di daerah Kota, terlihat satu orang perempuan yang duduk sendirian, kemudian saya menghampirinya, keluarganya telah dibawa gelombang Tsunami, hanya tinggal ia sendiri.
Ia berkata kepada saya, “ untung saya masih hidup, jika sayapun  hanyut di bawa gelombang Tsunami, tentu tak ada lagi yang memdo’akan kami. Sekarang aku bisa mendo’akan keluargaku yang telah pergi”. Itulah cerita dari korban yang saya dapatkan. Rasanya, air mata takkan bisa mengembalikan ke masa lalu”. Kisah Lelisma dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. 
                                                          ***
“ Sebenarnya tak ada larangan bagi perempuan untuk menjabat sebagai pemimpin Negara”. tangkas Yusran Wakil dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dari provinsi kota. “ Tak ada masalah dari urutan No Calon Anggota yang mendaftar sebagai anggota DPRA, pertanyaanya, siap atau tidak perempuan duduk di perlemen?!nyatanya hanya 4 orang perempuan pada pemilu 2009 lalu yang terdaftar di DPRA, sedangkan di kabupaten kota tidak satupun keterwakilan dari perempuan” tegasnya lagi saat aku menanyai tentang perempuan Aceh.
“Secara keseluruhan pemilihan umum dilakukan secara terbuka, bebas, dan rahasia. Apalagi masyarakat Aceh banyak terlihat perempuannya, nah… pada saat pemilihan calon perlemen, mengapa perempuan tidak memilih perempuan? Sebenarnya tidak sama sekali berkaitan dengan permasalahan gender. Toh, perempuan sudah diberikan kesempatan, mengapa tidak mendapatkan suara terbanyak juga?!!”. Kalimat pernyataan dan pertanyaan terus diberikan oleh laki-laki yang berkulit saoh matang itu. Sambil merebahkan badannya di kursi.
Mulai dari sejak awal berdirinya BIRO Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2001 -2008 dan pada tahun 2009 baru dapat terealisasikan. Kemudian sejak di sahkan Qanun No.6 Tentang Pemberdayaan Perempuan dan Qanun No.  tentang perlindungan Anak.
                                                        ***
Esoknya, Aku ingin berkunjung ke Masjid Baiturahman Banda Aceh. Terlihat beberapa mobil patroli yang di naiki beberapa perempuan WH (wilayatul hisbah) berkeliling di seputaran Masjid. Suasana terlihat sepi, aku berteduh di bawah pohon tepat di samping Menara dari sebelah utara. Di hadapanku, ada dua perempuan yang duduk menghadap tepat kearah Masjid tersebut. Dengan memakai seragam dinas berwarna hijau lumut. “ kami hanya mengawasi laki-laki yang tidak pergi shalat jum’at” kata salah seorang dari mereka.
Tampa ada banyak waktu mereka langsung pergi menaiki mobil Dinas Patroli. Menuju kantor WH di Blang Padang.

Tak banyak data yang kudapatkan. Dari petugas WH perempuan tersebut.
“ perempuan juga bisa memimpin, banyak hal yang harus dilakukan oleh perempuan Aceh kedepannya”. Hanya satu kalimat yang dapat ia sampaikan saat itu. Tampa menyebutkan Indentitasnya.
 Banyak lagi perempuan- perempuan Aceh yang menjadi tonggak kehidupan. Saat usai shalat jum’at tepat jam 13:30 Wib. Suasana kota mulai ramai, beberapa pengemis yang biasanya mangkal di halaman Masjid Biturahman tersebut, mulai meramai. Tak lain masih saja banyak perempuan. Yang menjulurkan tangannya kea rah para jama’ah yang sudah keluar.
Mulai dari anak kecil sampai dengan orang tua sekalipun.
“ masih banyak harapan perempuan khususnya di Aceh, untuk menjadi yang lebih baik, apalagi Aceh adalah wilayah yang terkenal dengan syri’at islam, kesempatan selalu ada. Namun, tergantung siapa yang mau mengambil kesempatan tersebut”. Ujar Lukman Nulhakim aktivis kampus IAIN Ar-Raniry itu.





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

pajak ikan lama pusat grosir kota medan


Pajak Ikan Lama Pusat Grosir Kota Medan
Bangunan tua peninggalan belanda, yang bernama Titi Gantung itu berdiri kokoh dengan cat putih menyapa setiap kendaraan yang memasuki wilayah Pasar Ikan Lama atau yang dikenal warga Medan dengan sebutan Pajak Ikan Lama.
            Dalam hitungan menit, kami telah memasuki wilayah pasar tekstil yang cukup tersohor  ini. Tampak seorang turis mancanegara tengah menapaki ruas jalan. Sesekali  terlihat beberapa toko yang didominasi oleh pedagang berkebangsaan Cina, Arab, dan Pakistan.
            Seorang pedagang asli Pakistan, Muhammad Yaqub, yang mengaku telah 25 tahun menggantungkan kehidupannya menjadi pedagang di Pajak Ikan ini, mengiyakan bahwa beberapa abad yang lalu pajak ikan ini adalah tempat penjualan Ikan terbesar di Sumatera utara.
Tapi sekarang hal itu hanya tinggal nama saja karena tak ada seorang pun yang berjualan ikan tempat itu. “Itu jaman kakek-kakeknya saya dulu,” ujar Yaqub. Melihat dagangan yang ditawarkan seputar pajak ikan, tidak ditemui satu pun penjualan ikan. Yang ada malah penjualan tekstil, makanan ringan, dan souvenir.
Pajak ikan di titi Gantung kota Medan itu, hanya di jadikan sebagai lambang belaka. Faktanya, tak sedikitpun tercium bau hanyir ketika aku memasuki kawasan pajak ikan lama tersebut. yang ada hanya pedagang jenis dagangan  lainnya tampak meramaikan pajak itu.
Sebagai pendatang baru di kota terbesar ketiga di Indonesia ini, saya sempat mendengarkan  kebenaran cerita pajak ikan lama tersebut.  Efendi, salah seorang pedagang Ulos, tenunan khas suku Batak, ia mengungkapkan bahwa cerita tentang pasar ikan itu hanya sebatas mitos. Sebab sejak 1972 ia bekerja di sana, sudah banyak orang yang menjual tekstil.
Kesangsian ini terbukti setelah saya benar-benar menyusuri tiap lorong Pajak Ikan. “Pajak Ikan sebagai pusat grosir tekstil terbesar di Medan didominasi pedagang dari luar daerah. Mereka mengambil dan memasok barang ke daerah mereka dari sini,” tambah Yaqub.
Layaknya pasar ikan di peunayong Banda Aceh, berbagai jenis ikan dapat di jual disana, ada juga yang menjual jenis rempah-rempah,dan sayur-mayur. Sampai dengan dagangan jenis peralatan dapur. Sehingga saat pengunjung memasuki kawasan pasar ikan di peunayong itu, 15 Meter dari jalan besar, sudan tercium bau hanyir ikan di pasar ini. Menunjjukan bahwa pasar di daerah Istimewa Aceh itu terlihat masih hidup sampai sekarang.

            Beranjak dari situ, tampak bangunan-bangunan kuno dengan Arsitektur Belanda yang masih berdiri tegak di daerah ini. Kendaraan berlalu-lalang. Suara klakson memekakkan telinga, mengejutkan kami. Seorang tukang parkir menghampirinya. Dengan sigap mengarahkan sopir untuk parkir sesuai dengan posisi yang telah ditentukan, agar tak mengganggu pengendara lain.
Mengagetkan, ketika orang yang mengenakan pakaian dinas parkir berwarna orange itu menoleh, ternyata ia adalah seorang perempuan. Wajah pribumi terlihat kental dari raut wajahnya. Dia adalah Sari.  Ibu dari seorang anak berusia tiga belas tahun.
Wanita yang berumur setengah abad dan berkulit sawo matang ini sudah bekerja sebagai tukang parkir selama tiga bulan di sekitar Pajak Ikan lama tersebut. Sebelumnya dia menggeluti pekerjaan serupa selama satu setengah tahun di Jalan Sutomo. Dari pekerjaan ini, perempuan berambut sebahu ini mendapat penghasilan sekitar 15 sampai 30 ribu per hari setelah setoran.

Penghasilan keluarganya hanya dari pekerjaannya menjadi tukang parkir. Walaupun harus bekerja 12 jam setiap hari dengan hasil pas-pasan, ia masih mampu menyekolahkan anaknya yang saat ini berada di bangku SMP. “Suami saya jadi TKI (tenaga kerja Indonesia –red) di Malaysia,” ujarnya lirih. Dia enggan menjawab ketika ditanya apakah suaminya mengirim uang tiap bulannya. Dia hanya berkata, “Tegarlah dalam berumah tangga”. 
Dengan keringat yang bercucuran menetes kedagungnya, dengan mengenakan jaket tebal berwarna hijau, ia tampak gerah. Di tengah bisingnya kota medan, padatnya alat transportasi yang mengantri panjang di setiap persimpang lampu merah, wanita yang bernama sari itu, rela menjadi salah seorang penjaga tukang parkir tepatnya di depan pajak ikan lama tersebut.
Tak ada sedikitpun bermuka masam ia tampakkan kepada anaknya yang masih dini.
Senyum tipis, salalu menepis dari wanita itu.
“ dengan menjalankan hidup seperti ini, saya akan lebih kecewa, jika tak dapat menyekolahkan anak-anakku” ujarnya sambil menerima uang recehan dari pengendara sepeda motor yang diparkirkan di kawasan pajak ikan lama tersebut.
Awalnya aku tak menghiraukan kalimat itu, tetapi setelah kami mengakhiri perjalanan barulah kami menyadari, di tengah pesatnya kemajuan Kota Medan, masih bertahan seorang “Ibu Parkir” yang menggantungkan sendi kehidupannya di sebuah pasar, di pusat kota ini.






Tugas Fiature

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

peran teknologi infomasi dalam meningkatkan pelayanan di perpustakaan

Abstrak
Kemajuan di bidang teknologi informasi, khususnya internet, telah merubah cara manusia di dalam mencari informasi dan pengetahuan untuk  memenuhi kebutuhannya. Saat ini, banyak orang tidak lagi datang keperpustakaan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan, melainkan cukup dengan mengakses internet. Sehingga tidak keliru kalau ada pustakawan yang berkesimpulan bahwa tidak ada fenomena lain yang lebih besar pengaruhnya terhadap pelayanan referens selain internet. Oleh karena didalam pelayanan  referens terkandung filosofi dasar sebuah perpustakaan, yaitu sebagai sarana atau menjadi tempat yang mempertemukan pencari informasi  dengan sumber informasi, maka apapun kondisinya, pustakawan referens harus dapat memainkan peranannya sebagai profesional informasi, termasuk di era informasi ini.  Kehadiran internet di perpustakaan menjadi tantangan yang besar bagi pustakawan. Namun, internet juga dapat menimbulkan masalah baru bagi pengguna. Khususnya dalam mencari informasi yang cepat, tetapi tidak tepat hasil yang diperoleh.
BAB 1
PENDAHULUAN
 
A.Latar Belakang Masalah
              Perpustakaan merupakan suatu bangunan atau ruang yang berisi sumber-sumber informasi yang berupa buku-buku bacaaan dan bahan lainnya yang disusun secara sistematis, isi perpustakaan berupa informasi yang dibutuhkan oleh pemakai.[1] Oleh karena itu, teknologi dan informasi harus tetap dijalankan secara terus menerus. Sehingga fungsi dan tujuan perpustakaan sebagai penyimpanan, pendidikan, penelitian, informasi dan cultural dapat terealisasi secara maksimal.
              Perkembangan perpustakaan pada era masyarakat informasi dewasa ini telah dimamfaatkan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi dan pelestarian khasanah ilmu pengetahuan. Peran perpustakaan telah berkembang menjadi pusat komunitas, artinya masyarakat dapat berkumpul diperpustakaan dalam rangka pengembangan pengetahuan dan budaya melalui berbagai aktifitas keilmuan social.
              Begitu pula dengan halnya perkembangan internet di dunia perpustakaan, konon  katanya internet merupakan perpustakaan yang paling terbesar yang pernah dibangun dalam peradaban sejarah manusia. Karena dengan hadirnya internet keberbagai penjuru dunia, telah merubah system pencarian manusia secara manual menjadi tergitalisasi. Pandangan ini mungkin benar, sebab dengan adanya internet orang mudah memproduksi, memanipulasi serta menyebarkan informasi.
              Lantas dengan problematika yang terjadi pada masyarakat saat ini adalah banyak orang yang lebih mempercayai sumber referensi dari berbagai layanan internet. Padahal begitu banyak referensi yang tidak jelas asal usul penulisnnya. Oleh karena itu, apa yang membedakan perpustakaan dengan  internet yang sama-sama menjadi sumber informasi bagi pemakai? Perpustakaan  memproduksi referensi yang jelas dan mempunyai manajemen yang tepat dalam memperoleh informasi. Sedangkan internet belum tentu fakta dan kebenarannya dapat terealisasikan.
              Saat  ini masyarakat pengguna perpustakaan menghendaki perpustakaan menjadi right information, right user dan raight now. Artinya perpustakaan dituntut untuk memberikan layanan informasi yang tepat. Pada pengguna yang tepat dan waktu yang cepat. Hal ini dapat terlaksana dengan baik apabila perpustakaan dapat menghadirkan dan memamfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam pengelolaan dan pelayanan di perpustakaan. Saat ini,
              Perkembangan TI telah banyak mengubah karakter social pemakainya. Perubahan dalam kebutuan informasi, dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam berkopentensi, dan lain-lain. Kebutuhan  pembelajaran tidak harus dilihat dari segi keseriusan secara terus menerus, akan tetapi harus menjadi one-stop station. Suatu lingkungan dimana pemakaii bisa. Berinteraksi dengan orang lain, mencari informasi yang di butuhkan, berbagi pengetahuan dan merasa termotivasi untuk melakukan inovasi dan kreatifitas.[2] Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji bagaimana pelayanan referensi di era Teknologi Informasi pada masa sekarang ini.
              B. Rumusan Masalahan
              Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah dari judul karya tulis ini yaitu: “ Peran Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Pelayanan Referensi di Perpustakaan”.
Dari permasalahan tersebut, penulis dapat merumuskan berapa masalah yaitu
1.           Bagaimana peran pelayanan  referensi di era internet?
2.           Mampukah pustakawan referens memberikan layanan berbasis teknologi bagi pemakai?
3.           Bagaimana persiapan pustakawan referensi dalam menangani masalah ini?
              C. Metode Penelitian
              Dalam pembahasan masalah karya tulis ini, penulis menggunakan metode yaitu:
a.           Metode Kepustakaan (Library Research) yaitu suatu metode yang penulis lakukan untuk mendapatkan bahan atau daya dengan cara membaca, menganalisa dan mencari bahan-bahan bacaan lain yang berhubungan dengan karya tulis ini.[3]
b.           Hipotesis Penelitian (tentative)
Hipotesis adalah kesimpulan sementara kerangka pemikiran dari seorang peneliti.[4] Hipotesis juga diartikan  suatu pernyataan dugaan yang menunjukkan antara paling tidak dua variable.[5]
BAB II
HAKIKAT  PELAYANAN REFERENSI
A.   Pengertian Pelayanan Referensi
Istilah  referensi berasal dari  bahasa inggris to refer ’menunjuk’. Didalam ilmu perpustakaan istilah referensi berarti menunjuk kepada suatu koleksi yang dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh pemakai perpustakaan. Koleksi rujukan dapat diartikan sebagai bahan bacaan yang disusun dengan sistem tertentu untuk mendapatkan informasi yang lebih khusus.[6]
Biasanya  koleksi referensi seperti kamus, ensiklopedi, year book (buku tahunan), Direktori, Hand-book,Biografi dan Sumber ilmu bumi. layanan referensi meemiliki beberapa Fungsi  yang pertama  sebagai Informasi yaitu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau kebutuhan pemakai akan informasi. Kedua Bimbingan, untuk menemukan buku-buku yang tepat sesuai dengan bidang minat baca. Ketiga pengarahan. Memberikan pengarahan dan bantuan mengenai cara-cara menggunakan sumber-sumber bibliografi dan koleksi referensi lainnya. Keempat Supevisi untuk menciptakan tata kerja pelayanan yang rapi dan memudahkan.[7]
B.   Peran Baru Pustakawan Referensi
Di era teknologi informai khususnya internet, putakawan referensi sangat berperan sebagai supervisor di perpustakaan. Bisa dikatakan sebagai aset sumber informasi yang tepat, justru karena itu pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas dan bersifat pro-aktif dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai profesi pustakawan.
Peran baru yang penulis maksudkan adalah sebagai pendidik juga membawa perubahan baru bagi pustakawan referensi yang tidak lagi sebagai pengumpul informasi dan menyediakannya bagi pengguna. Tetapi, pustakawan referensi juga perlu melakukan pelatihan, orientasi secara aktif berpartisipai dalam proses pembelajaran Teknologi Informasi dan menumbuhkan masyarakat yang melek informasi (Anderson;Genit,1997)[8]
Karena layanan informasi berbasis teknologi telah banyak diimplementasikan oleh perpustakaan. Perubahan itu sedang berlangsung, khususnya bagi perpustakaan yang telah mengimplementasikan perpustakaan digital. Kemajuan tehnologi telah mendorong para pustakawan harus meningkatkan kemampuannya dalam bidang teknologi  mereka dapat memenuhi tuntutan pengguna dan peran pustakawan akan semakin komplek.
C.   Jenis Layanan Referensi
Menurut Bopp (1991), ada tiga jenis layanan referensi dasar (pokok) yang pada teorinya digolongkan secara terpisah, tetapi pada prakteknya terkadang dilakukan secara bersama-sama. Yang pertama layanan informasi yang dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan pengguna sesuai kebutuhan informasi mereka mulai dari informasi yang sangat sederhana samapai dengan informasi yang sangat kompleks. Yang kedua adalah pembelajaran (intructional) yaitu memberikan petunjuk dan pengajaran kepada pengguna untuk dapat menemukan letak informasi (located information) yang dibutuhkan secara mandiri atau membantu pengguna untuk memilih. Yang ketiga memberikan bimbingan (guidance).[9]
Munculnya Teknologi Informasi tentu memiliki dampak terhadap masyarakat luas. Dampak tersebut dapat dilihat dari sisi kualitas informasi yang di peroleh  tidak relevan dengan apa yang ingin dicapai. Masalah tersebut penulis dapat menguraikan bagaimana persiapan pustakawan referensi kedepan, sehingga Implementasi TI di perpustakaan dapat di sesuaikan dengan tuntutan zaman.

D.       Persiapan Pustakawan referensi
Banyak anggapan bahwa pustakawan referensi dikaidahkan sebagai profesi yang mempunyai tugas dan fungsi yang lebih, jika dibandingkan dengan tugas pustakawan yang bekerja di bidang lainnya. Dari itu, pustakawan referensi harus mempunyai persiapan yang matang dalam menghadapi perkembangan Teknologi Informasi. Salah satu persiapannya adalah pertama pustakawan harus mampu mengaplikasikan TI di perpustakaan, kedua memberikan layanan sesuai jenis permintaan pengguna. Ketiga memberikan pendidikan yang mengarahankan pemakai untuk mendapat informasi lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP
A.         Kesimpulan
Ledakan Informasi yang diakibatkan oleh kemajuan internet menimbulkan banyak kesulitan dalam mencari dan menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan. Tidak jarang pencari informai yang tersesat dengan banyaknya informasi yang berkembang di internet, sehingga dapat membuat orang pelik terhadap sumber informasi yang tidak jelas sumber informasinya, maka sangat di butuhkan peran pustakawan referens sebagai penyambung informasi yang tepat bagi pengguna.
Pustakawan referens dapat melaksanakan tugas ini dengan baik apabila merka memiliki bekal yang cukup, terutama kemampuan dibidang pemamfaatan teknologi informai. Untuk itu, lembaga pendidikan perpustakaan harus mempertimbangkan penomena ini untuk dapat memberikan bekal kepada pustakawannya dengan kemampuan untuk menghadapi dan meraih peluang diera internet.
B.   Saran-saran
Pada bagian ini penulis akan memberikan beberapa saran yang bermamfaat  untuk perkembangan pustakawan referensi dimasa yang akan datang.
1.      Pustakawan referensi hendaknya memiliki kemampuan pengetahuan yang luas, khususnya  di bidang informasi.
2.      Untuk memajukan perpustakaan kedepan, hendaknya pustakawan referensi bersifat pro-aktif dalam membimbing dan mengarahkan pencari informasi guna membantu pemakai dalam memperoleh informasi.
3.      Pustakawan referensi harus memiliki menumbuhkan sikap komunikatif, inovatif, dan juga kreatif.
C.     Penemuan
Penemuan penulis dari hasil analisis pokok permasahan karya tulis ini yaitu:
1.      Teknologi Informasi mutlak harus dilakukan,karena dapat memudahkan user dalam melakukan penelusuran secara efektif dan efesien.
2.      Ketersediaan Teknologi Informasi di perpustakaan dapat meningkatkan kepuasan pengguna.
3.      Pelayanan referensi di era internet, peran pustakawan semakin berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistiyo Basuki ,Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1993. Hal 3.

Luthfi,Jurnal Ilmiah Libria Libry of IAIN Ar-Raniry,Perpustakaan Program Pascasarrjana IAIN Ar-Ranry Darussalam Banda Aceh,2009

Ilmawardiayanti,Sistem Pembinaan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry,Banda Aceh: Fakultas Adab,2009

Bambang Suprijadi,Menulis Artikel dan Karya Ilmiah,Bandung:Remaja Rosdakarya,2003

Wayne K.Hoy dan Cecil G.Miskel,Administrasi Pendidikan Teori Praktek dan Riset, Medan:2003 Ibid.hal.437

Zubaidah A. Rahman,Pelayanan Referensi dan Koleksi-Koleksinya,Disajikan pada Peserta Pendidikan Pemakai Perpustakaan Mahasiswa IAIN Ar-Raniry,Banda Aceh,2007

Anderson,Debbei and Genit, The Elvolving Roles of Information Profesional in The Digital Age.(akses 6 Maret 2006)

Bopp,Richard E.and Smith, Linda, Reference and Information Servise, Englewood : Libraries Unlimited,1987

Amin Abdullah,Dasar-dasarIlmuPerpustakaan dan Informasi,Yogyakarta:Jurusan ilmu perpustakaan dan Informasi,Fakultas Adab,2007










iii
 
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 9


[1] Sulistiyo Basuki,Pengantar Ilmu Perpustakaan,Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1993. Hal 3.
[2] Luthfi,Jurnal Ilmiah Libria Libry of IAIN Ar-Raniry,Perpustakaan Program Pascasarrjana IAIN Ar-Ranry Darussalam Banda Aceh,2009
[3] Ilmawardiayanti,Sistem Pembinaan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry,Banda Aceh: Fakultas Adab,2009
[4] Bambang Suprijadi,Menulis Artikel dan Karya Ilmiah,Bandung:Remaja Rosdakarya,2003
[5] Wayne K.Hoy dan Cecil G.Miskel,Administrasi Pendidikan Teori Praktek dan Riset, Medan:2003
[6] Ibid.hal.437
[7] Zubaidah A. Rahman,Pelayanan Referensi dan Koleksi-Koleksinya,Disajikan pada Peserta Pendidikan Pemakai Perpustakaan Mahasiswa IAIN Ar-Raniry,Banda Aceh,2007
[8] Anderson,Debbei and Genit, The Elvolving Roles of Information Profesional in The Digital Age.(akses 6 Maret 2006)
[9] Bopp,Richard E.and Smith, Linda, Reference and Information Servise,Englewood:Libraries Unlimited,1987`1

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS