Istana Maimoon,
Sebuah Warisan yang Harus Dipelihara
Bangunan itu terlihat masih kokoh. Berwarna kuning dengan ornamen khas Melayu. Terletak di tengah-tengah padatnya Kota Medan, dan sudah lebih dari se-abad menjadi saksi sejarah kota itu.
Memasuki pekarangannya yang luas dan melihat bangunan itu dari dekat membuat setiap orang merasakan Medan adalah tanah Melayu, bukan tanah Batak—seperti yang selama ini menjadi anggapan banyak orang di luar Sumatera Utara. Nuansa melayu berbalut warna kuning yang khas, diselingi ukiran berwarna hijau, menunjukkan kentalnya budaya Muslim yang dianut para sultan kala itu.
Istana Maimoon, begitu bangunan itu diberi nama. Istana ini adalah salah satu warisan Kesultanan Deli. Berdiri di atas sebidang tanah berukuran 217 x 200 meter dan dikelilingi pagar besi setinggi satu meter dan menghadap ke timur. Dengan luas 2.772 meter, bangunan itu terbagi atas tiga bagian, bangunan induk, sayap kiri dan sayap kanan.
Bangunan ini bertingkat dua, ditopang 84 tiang batu dan 43 tiang kayu dengan lengkungan-lengkungan yang berbentuk limas perahu terbalik dan ladam kuda. Atapnya berbentuk limas dan kubah, sedangkan dari segi bahannya ada atap sirap dan tembaga.
Memasuki istana, wajah anak kecil begitu indah menghiasi ruangan. Dalam sebuah figura, anak kecil itu terlihat gagah dibalut teluk belanga—busana kebanggaan masyarakat melayu. Ternyata wajah kecil itu adalah seorang sultan, sultan termuda dalam sejarah panjang kerajaan deli. Ya, usianya hanya 12 tahun. “Sultan ke -14,” ujar Wandi, seorang pemandu wisata. Sultan yang memiliki nama Mahmud Arya Lamantjiji Perkasa Alam itu kini tinggal di Makassar.
Kini, warisan Kesultanan Deli itu sudah 120 tahun menjadi saksi hiruk pikuk Kota Medan. Tak sah jika ke Medan sebelum berkunjung ke istana ini. Ditinjau dari sudut arkeologi maupun arsitekturnya, Istana Maimoon termasuk salah satu diantara monumen yang harus dilindungi, dipelihara dan jika mungkin untuk dilestarikan agar generasi penerus tidak kehilangan data dalam merekonstruksi masa lampaunya.
0 komentar:
Posting Komentar