dari barak ke barak

Tsunami telah berlalu. Kini hanya tinggal sebuah kenangan yang telah menjadi catatan sejarah masa lampau. Sejak tanggal 26 Desember 2004, gelombang tsunami datang menghantam meluluhlan lantahkan kota serambi mekah ini. Menghabiskan ribuan korban dan ratusan harta harta benda telah lenyap. Hal itupun menjadi sejarah yang bagi rakyat aceh. dan kini tengah memasuki tahun 2010. Tahun-tahun sebelumnya akan segera lenyap. Yang tak mungkin berputar kembali, kecuali dengan mngangkat sejarah yang ada.

Kini, banyak para korban tsunami yang mengenang lima tahun yang lalu. Seluruh masyarakat Aceh memanjatkan do’a untuk orang yang telah meninggal dunia. Tepat pada tanggal 26 desember 2009 sebelum memasuki tahun 2010. Semua masjid di seluruh penjuru kota banda Aceh di penuhi dengan orang-orang yang memakai seragam putih. Berzikir bersama ustad Arifin yang di undang dari kota Jakarta itu.namun siapa yang menduga, ternyata masih saja ada korban tsunami yang belum mendapatkan rumah bantuan dari BRR, untuk rakyat Aceh. terlihat masih asa di beberapa daerah pedalaman masyarakat yang mengongsi dan tinggal di barak-barak yang sama sekali tak layak untuk dihuni.
Pasca tsunami, selama lima tahun mereka mnempati barak-barak yang terlihat kumuh, dan sempit itu. bertahan untuk kelangsungan hidup. Terpaksa orang yang tidak mendapatka rumah bantuan tinggal di barak dan di tenda-tenda pengongsian.
“hampir lima tahun saya berada di barak ini. Tak sedikitpun pemerintah Aceh merasa kasihan kepada kami, rasanya ingin segera pergi dari barak yang penuh derita ini, tapi rumah saya masih belum ada”. Ujar ibu hamidah yang berusi lima puluh tahun itu. dan kini telah menjadi janda akibat suaminya telah hilang di tlan ombak. Dengan raut wajah ibu hamidah yang mengaharapkan belai kasihan, tapi ia mencoba tetap bertahan sampai ada orang yang memperdulikan kondisinya.
Sama halnya seperti yang dirasakan ibu suarni 30 thn. Yang duduk masih dua tahun di barak bakau itu, meskipun dikatakan waktunya masih singkat, bila dibandingkan dengan orang-orang yang telah dahulu menduduki barak itu, ia tetap merasa sangat susah dan tidak nyaman bersama anaknya yang masih balita itu.
“pasca tsunami, awalnya saya mengungsi di gedung social, selama dua bulan. Menjaga anak saya yang masih kecil-kecil. Setelah itu, saya pindah lagi ke ulee kareung dan ditempatkan bersama korban tsunami lainnya. Dan pada tahun 2008 baru saya pindah kebarak ini, yang mungkin masih lumayan bila dibandingkan tinggal di tenda-tnda yang hanya mengalaskan tikar”. Kenangnya sembari mengeluarkan air mata di raut wajahnya yang berkulit saoh matang itu.

rumah tangga yang mengibas-ngibas pakaiannya di jemuran setelah selesai mencuci di kamar mandi terbuka untuk umum. air bersih yang warga barak bakau dapatkan berupa sejenis air PAM, berwarna biru besar, dan melambangkan tulisan FROM UNICEF. Tawa merekapun masih terlihat di wajahnya. Sebahagian dari mereka menikmati suasana seperit itu dengan indah.
“ sejauh manapun tingkat kejelian seorang mendata korban tsunami dan korban konflik, juga tidak bisa disalahkan. Karena banyak warga barak bakau yang menggangap dirinya sebagai korban tsunami, padahal hanya ingin mendapt rumah bantuan saja”. Tambah nurdin m. sari sebagai ketua pemuda di barak bakau tersebut.
“ hidup serba susah, jangankan untuk mencari rizki, mndapatkan air bersih untuk membuat kamar mandi sendiri saja sangat susah. Jika milik umum susah warganya untuk di atur”. Hampir beberapa ibu rumah tangga yang tinggal di barak bakau itu mengeluh, dan menumpahkan kekesalannya pada pemerintah daerah. Yang Mungkin menurut mereka tidak adil dalam pembagian rumah bantuan.
Data jumlah penduduk di barak bakou dan jumlah warga yang akan mendapatkan rumah hak bantuan. tersebut Menurut M. N asir 35 thun. Yang telah terpilih menjadi ketua pasilitator di barak tersebut yaitu jumlah barak yang terbagi sampai dengan 28 barak di daerah …..itu. namun. Ia hanya memegang tanggung jawab mulai dari barak 15 s/d 28 yang di serahkan oleh NGO Arab Saudi. Sedangkan barak 1 s/d 14 ada pihak lain yang bertanggung jawab mngawasinya. Jumlah penduduk yang regional hanya 8 kk.dan yang tidak mendapatkan rumah anggaran bantuan dari BRR sejimlah 20 kk. Bantuan rumah yang tidak dapat di pakai oleh warga sejumlah 59 kk. Sejumlah warga yang tidak mendapatkan rumah secar a valit di peroleh 33 kk. Jadi jumlah penduduk orang yang tinggal di barak bakau adalah 117 kk.
“ sebenarnya, semua korban tsunami akan mndapatkan bantuan rumah, namun butuh waktu untuk mengecek kembali data-data korban tersebut. Karena sudh terkoordinator mulai tahun 2006 s/d 2007 untuk barak 1 dan 14 sedangkan barak bakou terkoordinator sampai 2010. Saya selaku penanggung jawab di barak ini, sebelumnya sudah pernah di beri rumah bantuan oleh ibu ida. Namun saya menolaknnya, karena masih memikirkan nasip warga saya yang belum mendapatkan rumah untuk tempat tinggal selayaknya. Aakhirnya sayapun ikut serta pindah ke barak bakou ini dengan istri dan anak saya”. Ujarnya M. Nasir yang hany berjualan untuk menafkahi biaya hidupnya selama tinggal di barak tersebut.
Warga barak bakoupun berharap, agar pemerintah daerah dapat segera mempercepat rumah bantuan yang telah di janjikan untuk para korban tsunami yang belum tersosialisasikan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar