The First Love

Pertemuan adalah sesuatu yang tak pernah disangka-sangka. Dengan sendirinya kaki ini melangkah kearahmu. Menyapamu, seolah kita sudah saling mengenal sebelumnya. Tersenyum melihat wajahmu, bukan berarti lelucon. Entah kenapa, ada rasa yang mengusik hatiku.
Indah ya?
Coba pikirkan masa lalu,,tersimpan sejuta memory yang terindah, malu-malu, saat bertemu. Tertawa ria dengan penuh canda. Itulah kau yang kukenal dulu. Kau yang penuh dengan keindahan, sikap bahkan cara menyapaku saja membuatku selalu ingin disampingmu. Ingatkah kau saat pertama kali kita jadian, kau tipu aku dengan rayuan gombalmu. Kau bujuk aku agar aku mau denganmu, kau ucapkan jurusan andalanmu dengan mengatakan sejuta kebohongan dan rayuan itu dihadapku.
Wanita itu lemah, malu, dan penuh perasaan. Akhirnya terjadilah kisah percintaan yang sangat tak disangka-sangka.kau hadir bagaikan angin begitu saja. Kita saling berbagi kisah. Itulah awal kita. Meski taak seindah cinta romeo dan Juliet, tapi kisahku menyamakan dengan kisahnya.
Aku berlari dari sudut-sudut lorong kampus, kau perhatikan aku dari sumber pos. lantas kau bilang lagi padaku “aku gadis yang lucu” aku marah..lantas kau kataka aku “tak menghargai cintaimu” kemudian aku tertawa lagi, lantas kau ucapakan “aku gadis plin plan” terus aku terdiam. Kemudian kau katakan “aku sok dewasa”. Ah…bagaimana lagi aku.?
“aku serius denganmu” kau ucapkan janji itu setelah kau “menembakku” dengan jurus andalanmu itu.
“hehe” aku tertawa lagi..karena kau serius denganku. Entahlah apa yang ada dulu, dan apa yang ada sekarang. Perjalanan cinta kita begitu panjang. Kita sering bersama, menatap mu seolah kaulah pujangga hatiku saat itu. Kau juga begitu, kau tuliskan di handphone mu. “aku adalah bidadari dalam hidupmu” terus kuanggap saja,aku bidadari..kemudian kaulah sang pangeran dalam kisah cintaku. Sosok pahlawan cinta dalam hidup yang penuh romantika cinta ini. Kau pemeran utama dalam kisah ini.
“my first love” kaulah cinta pertamaku. Karena aku belum pernah mencintai sesorang sebelummu. Meskipun ada itu karena keterpakasaan. Entah mana cinta entah apa itu sayang. Sama sekali tak bisa kusamakan. Kedua-duanya tetap sama. Mengisahkan dua insan yang saling bercinta. Sejuta rasa bahagia, bagiku kaulah segalanya. Tak mungkin lagi ada laki-laki yang kucinta diduniia, selain dirrimu…terlalu lebai bagi yang mendengarnya. Ah cuekin aja..yang penting kau..kau..dan kau…
Lama sudah kita menjalin cinta, kisah duka, canda tawa, sudah tersimpan dalam buku harianku. Akhirnya aku merasa ada yang tidak sesuai dengan diiri kita. Saat itu kita sering perang mulut, mencari-cari alasan yang tak pasti. Kitapun jatuh dalam jurang konflik. Perkelahian itu membuat hatiku remuk, tak ingat lagi apa penyebabnya. Yang jelas,,kata benci selalu keluar dari mulutku. Dulunya kau selalu terseyum, dengan seketika cemberut lagi. Setiap saat “benci” esok akan “cinta” esok dan juga hari seterusnya,berulang-ulang. Akhirnya, benci tap i cinta. Itulah paradigma cinta kita. Kata pikiranmu itu “salah” tapi kataku itu “benar” kita seriing ga nyambung lagi. Kata kamu “begini” kataku “begitu” ah,,,begitu cepat neraka itu datang. Surga begitu cepat ia hilang. Segala rayuan, pujian, kebersamaan. Berlalu begitu saja. Entah kemana..mungkin ditelan oleh keadaan. Saat itu aku sering “bosan” bukan karena melihat dirimu, tapi melihat tingkahmu. Aku menganggap kau yang salah, kemudian kau juga sering menyalahkan. Begitu terus sebaliknya. “dunia bukan milik kita lagi”. Tapi sudah milik orang yang sedang jatuh cinta. Itu dunia mereka. Bukan Dunia kita lagi “neraka” karena hati kita sering panas, segala penyakit kan timbul disana, “egois, emosi, cemburu, menuduh, lari, sedih, tangis,” itulah bumbu-bumbu cinta kita.
“sudahlah,,aku tak sanggup lagi menahan sikapmu” akhirnya pudarlah semua pesona cinta sang bidadari kepada sang pujangga hati. Kuucapkan kata-kata itu disaat kau meminta ma’af padaku.
“kembalikan semua fotoku” kataku lagi. Sudah jelas kau tak dapat menatapku lagi, mulai dari laptopmu,handphonemu, dikamarmu, jika perlu dari hatimu.cabutlah nama dan wajahku. Aku tak sudi melihat mu lagi “ benci..bencii” itukan kata-kata itu lagi.
‘CUKUP”. Katamu.
“apa?” katamu “cukup”…apanya yang “cukup”?, tanyaku lagi.
“ia akan kukembalikan besok”katamu . Itu lebih baik bagiku. Dari pada berlama-lamaan. Hanya dapat menambah beban pikiranku saja.
Trus saat itu kau tinggalkan aku sendiri..uuuughh..”kenapa jadi begini” aku tak dapat menahan emosi. “menyesal” penyesalan selalu saja datang terlambat. Kata hatiku sambil berjalan menuju kosku.
Aku mondar-mandir tak jelas dikamarku. Seakan ada yang asing, tapi apa?. Aku juga tak tahu..kenapa diriku selalu melihat handphone disakuku. Padahal sebelumnya tak begitu akrab dengan hpku sendiri. Sering saja ia kulempar diatas tempat tidurku. Palingan jika kulihat pesan masuk itupun dari pangeran yang barusan kutinggalkan.ah apa peduliku masalah handphone?. “tapi aku merasa sepi” kenapa? Hatiku terus bertanya-tanya. Biasanya ia selalu mengingatkanku.”yank,,jangan lupa shalat ya, makan, juga,mandi tuh..nanti bauk asam,,” palingan pesan yang menjengkelkan itu selalu masuk di kotak masuk handphoneku. Tapi sekarang tak ada lagi kat-kata itu,padahal baru 15 jam berlalu. Aku merasa ada yang hilang dalam diriku. Kehilangan perhatian dari pangeran hati ini.”oh Tuhan,,beginikah sakitnya. Jika tak ada lagi yang memperdulikan kita”.

“aku tak mungkin mengirim pesan untukknya lagi”. Dimana harga diriku, jika sampai aku memohon untuk kembali lagi.” Tak mungkin pisang berbuah dua kali” itulah prinsip konyolku saat itu. Tunggu saja sampai hari esok. Aku pasti bisa melupakannya. Pikirku.
Terik matahari menyengat sampai ke tulangku. Tak bersemangat untuk keluar dari kamar kos. Kebetulan hari itu aku tak masuk kuliah, karena dosen ulumul hadist pergi keLuar negeri. Jadi, aku bisa menenangkan diri dirumah.
Tepat jam 10:00 Wib. Tak kurang tak lebih. Handphoneku berdering. “pangeran jelek memanggil”. Hatiku berdetak kencang. Entah kenapa, rasanya tak kuasa hati ini berjumpa dengannya lagi. Setelah bertikai selang sehari yang lalu, Aku memutuskan tak mau lagi berjumpa dengannya. Sampai hati ini benar-benar mau melupakan dia.
“angkat gak ya…”hatiku ragu.
“hallo…”eh..tiba-tiba langsung aja ku reject.
“dia memanggil lagi” akhirnya ku angkat juga. “kesumber sekarang…ab mau kasih semua foto-fotomu”
“ok” jawabku singkat. Aku bergegas kekampus.
Di perjalanan aku bertemu dengannya. Tepatnya di bawah pohon…didepan sumber pos. ia menaiki Jupiter MX tak tahu milik siapa. Ia berhenti. Aku menghampirinya. “mana” sambil menyodorkan tangan ku kearahnya.” “uda biasa aja..kalaupun uda putus,, ab selalu tersenyum kok buat bidadariku” hatiku tertampar saat ia mengucapkan kata-kata itu. “cuek, santai, kejam, tak ada sedikitpun rasa penyesalan dihatimu” kata hatiku.
“ya sudahlah…lagian kau yang akan membutuhkan suatu saat nanti” ucapku.
“ia,,hanya aku yang membutuhkanmu” jawabnya sok mengalah.
“thank’s buat semuanya,, ma’afkan kesalahan yang pernah ada diantara kita” katanya lagi.
“sama-sama..” jawabku. Mulai tak berani menatap matanya. Terlalu sakit bagiku, Padahal aku yang memutuskannya, bukan dia.
Ia meninggalkanku sendiri. Petir menghambar hatiku saat itu. Tak terasa air mata menetes satu per satu. Hingga kejauhan aku menatapnya. Berdiri di persimpangan jalan, layak seperti orang yang tak rela melepaskan kekasih hatinya pergi begitu saja.
“ah untukk apa kusesali lagi..semuanya sudah terjadi begitu saja, biarkan waktu yang menjawab semua tentang kita,tentang cita dan cinta kita” aku pasrah. Tindakanku hanya membuat hatinya sakit, tapi, aku juga yang merasakannya.
Aku duduk dibawah pohon….(..) masih saja menangis. Tiba-tiba datang seorang yang berseragam putih menghampiriku. Wajahnya tak asing lagi, ia seorang aktivis di kampus. Waktu itu ia memakai seragam PMI (palang merah Indonesia).
“kenapa…menangis? Ada yang bisa kami bantu” Tanya laki-laki itu. Aku mengusap air mata, seolah tak ada yang terjadi apa-apa terhadapku.
“gak ada…aku hanya terjatuh” kataku sedikit berbohong.
“ ya sudah..biar ku obati saja lukanya,,dimana?” katanya lagi.
“tak perlu terima kasih..” kataku sambil meninggalkan mereka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar